Senin, 13 Februari 2012

10 (Sepuluh) Baris

"Kebahagiaan itu harus diperjuangkan. Bukan dengan cara mengemis minta belas kasihan, rendah diri, dan pasrah nasib! Jadi: hidup adalah perjuangan!"

Rumahku entah di mana, tak kutemukan di sajak-sajak, di matahari, dan di bulan karena tidurku, di bawah bintang-bintang jauh di rimba belantara, tenggelam di dasar lautan, mesti pulang ke mana, setelah letih mengembara? (Heri H. Harris)

Mengapa penderitaan kaupinang padahal kesenangan dapat kauraih dengan gampang. ah, mengapa masih saja bertanya tentang itu. Biarkan, biarkan aku menempuh jejak di rimba. biarkan, biarkan aku mereguk kisah-kisah. Jangan suruh aku berhenti dengan tangis atau senyummu sebab aku tak akan peduli! (Toto ST Radik)

Selembar daun jatuh terguling ke jalanan. Selembar daun jatuh terkulai sendirian. Selembar daun jatuh terisak kesepian. Selembar daun jatuh terempas dari kehidupan. (Toto ST Radik)

Bulan empat belas menyelinap di kamarku yang kelam dan senyap. Kilau peraknya menerpa potretmu. Duh! masih engkaukah yang berkelebat? Bulan empat belas, tak mau tahu kilau peraknya mengerjap dalam tatapanku mengingatkan aku pada gelisahmu (Rys Revolta)

"Kalau ingin menjadi seorang pengarang, pergilah ke tempat yang jauh, atau merantaulah ke negeri orang. Lalu tulislah pengalaman-pengalaman yang didapat. " (W. Somersct Maugham )

"Saya berpesan pada anak-anak yang punya persoalan dengan orangtua, janganlah kalian putus asa. Percayalah pada diri kalian sendiri. Teruslah berjuang, karena itu yang akan mengubah nasibmu...” (Danny Lalande)

Berjalan menempuh ilalang yang tak henti menghadang. Kawan seperjalanan cuma gelisah mengatasi sepi. Hidup pun seolah nyanyian panjang merjan ketidakpastian: mimpi buruk yang selalu berulang! (Toto S T Radik)

Tujuh belas lilin warna-warni menyala bergoyang-goyang. Kenangan masa kecil membayang di matamu dan aku pun termangu mencari masa lalu yang terlupa ditelan pengembaraan panjang. O, betapa asingnya! Betapa asingnya! (Toto ST Radik)

Kau adalah tugu kasih sejati takkan pemah kujumpa dua di tanah ini. Di penghujung malam nan biru senyap. Kaulepas aku dari katup sucimu. Beriring erang tertahan dan selembar nyawa sedia putus asa. Kuyakin kapan pun ketulusanmu tak bisa kusembunyikan. Meski kulari ke langit tingkat tujuh. Pada darahku, darahmu merambah. Menembus suka-Nya. (Rys Revolfa)
Back To Top